Sabtu, 14 Juli 2012

Asfiksia

Pengertian
  1. Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur (Wiknjosastro, 2007). 
  2. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998: 319).
  3. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2002).
Etiologi

Asfiksia janin atau neonatorum akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau setelah lahir.
  1. Asfiksi dalam kehamilan : Disebabkan oleh penyakit kronis atau akut, keracunan obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau keturunan.
  2.  Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh :
a.       Kekurangan O2 misalnya pada :
1)      Partus lama (CPD, cervik kaku, atonia uteri dan inersia uteri).
2)      Ruptur uteri yang membakat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
3)      Prolapsus tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
4)      Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
5)      Jika plasenta sudah tua dapat terjadi post maturitas (serotinus) difungsi ari.
b.      Paralisis pusat pernapasan akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forcep atau trauma dari dalam seperti akibat dari obat bius.



Penggolongan penyebab kegagalan bernapas bayi menurut Depkas RI (2005 : 2):
1.      Faktor ibu
a.       Preeklamsi dan eklamsi
b.      Perdarahan abnormal (plasenta previa, solusio plasenta)
c.       Partus lama atau partus macet
d.      Demam selama persalinan
e.       Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f.       Kehamilan post matur


2.      Faktor tali pusat
a.       Lilitan tali pusat
b.      Tali pusat pendek
c.       Simpul tali pusat
d.      Prolaps tali pusat

3.      Faktor Bayi
a.       Bayi premature (UK sebelum 37 minggu)
b.      Persalinan dengan tindakan, misalnya pada letsu, gemeli, distosia bahu, ekstraksi vakum dan forcep.
c.       Kelainan congenital
d.      Air ketuban bercampur mekoneum


Patofisiologi
   Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsang dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya regular dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekoneum dalam paru, bronco tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir alveoli tidak berkembang secara berangsur-angsur dan bayi mengikuti periode apneu primer. Jika berlanjut bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun, TD bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama main lemah sampai bayi emasuki priode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, DJJ, TD dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengn pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak segera (http//irapsetia.blogspot.com).


 Manifestasi Klinik
Pada kehamilan
a.       Jika DJJ normal dan ada mekoneum bayi mulai asfiksia.
b.      Jika DJJ 160 x/ menit keatas dan ada mekoneum janin sedang asfiksia.
c.       Jika DJJ <100x/mnt dan ada mekoneum : janin gawat.


2      Pada bayi baru lahir
a.       Bayi pucat dan kebiruan
b.      Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c.       Hipoksia
d.      Asidosis metabolik/respiratorik
e.       Perubahan fungsi jantung
f.       Kegagalan system multi organ
g.      Jika sudah ada perdarahan di otak maka bayi akan mengalami gejala neurologic seperti : kejang, nigtagmus dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

 Klasifikasi Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR menurut wiknjosastro (2007 : 249):
1        Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2        Asfiksia ringan-sedang dengan nilai APGAR 4-6
3       Bayi normal (tidak asfiksia)dengan nilai 7-10

Berdasarkan waktu terjadinya asfiksia dibagi menjadi :
      Asfiksia primer : terjadi segera setelah bayi lahir.
2      Asfiksia sekunder : terjadi beberapa saat setelah bayi lahir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar