Minggu, 09 Desember 2012

Waspadai Bahaya Obat Palsu


Sekarang ini Negara zamrud katulistiwa sedang dalam keadaan kacau,
keamanannya diragukan. Mulai dari tawuran antar pelajar, penculikan,
mutilasi, perampokan, sampai pada pengoplosan. Yah, bagi sebagian
warga yang belum memiliki keberanian merampok menggunakan cara halus
ini untuk mendapatkan uang. Alasannya selalu ditujukan pada faktor
ekonomi. Sepertinya ekonomi selalu menjadi masalah paling pelik bagi
bangsa ini. Padahal kalau dipikir lebih sederhana, manusia hanya butuh
makan tiga kali sehari dan Indonesia mampu mencukupinya.

Kembali pada masalah oplos-mengoplos, sekarang ini bukan hanya
makanan atau minuman saja tetapi juga obat. Wah, ini sangat
membahayakan! Masalahnya obat dikonsumsi orang yang sedang sakit
sehingga akibat yang ditimbulkan tentu lebih parah, bahkan sampai pada
kematian. Artinya pemalsu obat itu kedudukannya bisa menyamai
pembunuh. Wah, kejam ya?

Lalu apa yang dilakukan pemerintah atas kejadian tersebut? Sebenarnya
badan POM  sudah melakukan tindakan, hanya saja hukuman yang menjerat
mereka tidak menimbulkan efek jera. Rupanya hukuman itu terlalu
ringan, padahal efeknya sangat membahayakan.

Obat yang dipalsukan adalah obat-obatan yang beredar luas di pasaran
seperti asam mefenamat dan obat kuat. Obat ini memang boleh dikonsumsi
tanpa resep dokter sehingga banyak masyarakat yang membelinya begitu
saja di apotek. Dari berbagai merk obat yang paling banyak dipalsukan
adalah ponstan dan viagra.

Obal palsu memang sulit dibedakan dengan yang asli. Meski begitu ada
sedikit tips agar kita tidak mengkonsumsi obat racun tersebut seperti: 

Perhatikan kemasannya.
Cek warna kemasan apakah persis obat aslinya

atau sedikit kabur. Perhatikan juga nomor registrasi dan tanggal
kadaluarsanya. Obal palsu biasanya memakai stempel untuk menulis
tanggal kadaluarsanya.

Perhatikan warna obat
Obat palsu kadang didapat dari obat yang
sudah kadaluarsa, jadi warnanya berbeda dengan obat asli.
     
Obat palsu mudah hancur
Karena tujuannya untuk meraup keuntungan
tentu produsen tidak mempedulikan aspek kualitas sehingga obat palsu
itu biasanya lebih mudah dihancurkan.
    
Belilah obat di apotek legal

Peredaran obat palsu ini menggelitik sisi moralitas. Betapa bangsa
ini tidak hanya dihadapkan pada kemerosotan ekonomi, tapi juga
moralitas. Yang menjadi masalah sebenarnya bukanlah faktor ekonomi,
tapi moralitas. Dengan moral yang baik maka manusia tidak mungkin
melakukan hal demikian. Dimana peran pendidikan sehingga bangsa
mengalami degradasi moral seperti ini? Bahkan sisi kemanusiaan seolah
telah mati. Padahal tujuan utama pendidikan Indonesia adalah
mencerdaskan bangsa, tetapi apa yang dilakukan rakyat sama sekali
tidak mencerminkan kecerdasan berpikir.

Mungkin tidak hanya badan POM yang perlu gerah dengan masalah
oplos-mongoplos ini, tapi juga pendidik. Kalau guru adalah pahlawan
tanpa tanda jasa, berarti mereka yang sebenarnya berjasa melahirkan
professor oplos. Salah satu fakta bahwa pendidikan tidak lagi
memperdulikan moral dan kualitas adalah sistem UN. Sebagian besar guru
-kalau mau mengakui, membolehkan peserta UN ini contekan, dan
melakukan cara yang tidak jujur lainnya. Nah, jika sekarang terjadi
oplos-mengoplos ya wajar saja, memang sudah dibolehkan tidak jujur
oleh gurunya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar