- Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernafas secara spontan dan teratur (Wiknjosastro, 2007).
- Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatnya CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998: 319).
- Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2002).
Asfiksia janin atau neonatorum akan
terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2
dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau setelah lahir.
- Asfiksi dalam kehamilan : Disebabkan oleh penyakit kronis atau akut, keracunan obat bius, uremia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau keturunan.
- Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh :
a. Kekurangan
O2 misalnya pada :
1) Partus
lama (CPD, cervik kaku, atonia uteri
dan inersia uteri).
2) Ruptur uteri yang membakat, kontraksi uterus
yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
3) Prolapsus tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul.
4) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya.
5) Jika plasenta sudah tua dapat terjadi post
maturitas (serotinus) difungsi ari.
b. Paralisis
pusat pernapasan akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forcep atau
trauma dari dalam seperti akibat dari obat bius.
Penggolongan
penyebab kegagalan bernapas bayi menurut Depkas RI (2005 : 2):
1.
Faktor ibu
a. Preeklamsi
dan eklamsi
b. Perdarahan
abnormal (plasenta previa, solusio plasenta)
c. Partus
lama atau partus macet
d. Demam
selama persalinan
e. Infeksi
berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan
post matur
2.
Faktor tali
pusat
a. Lilitan
tali pusat
b. Tali
pusat pendek
c. Simpul
tali pusat
d. Prolaps
tali pusat
3.
Faktor Bayi
a. Bayi
premature (UK sebelum 37 minggu)
b. Persalinan
dengan tindakan, misalnya pada letsu, gemeli, distosia bahu, ekstraksi vakum
dan forcep.
c. Kelainan
congenital
d. Air
ketuban bercampur mekoneum
Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2
dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nervus vagus
sehingga DJJ menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung
maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah kini rangsang dari
nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya regular dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekoneum dalam paru, bronco tersumbat
dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir alveoli tidak berkembang secara
berangsur-angsur dan bayi mengikuti periode apneu primer. Jika berlanjut bayi
akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun, TD bayi
juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin
lama main lemah sampai bayi emasuki priode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, DJJ, TD dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan
upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengn
pernafasan buatan dan pemberian O2 tidak segera
(http//irapsetia.blogspot.com).
Manifestasi
Klinik
Pada kehamilan
a. Jika
DJJ normal dan ada mekoneum bayi mulai asfiksia.
b. Jika
DJJ 160 x/ menit keatas dan ada mekoneum janin sedang asfiksia.
c. Jika
DJJ <100x/mnt dan ada mekoneum : janin gawat.
2 Pada bayi baru
lahir
a. Bayi
pucat dan kebiruan
b. Usaha
bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis
metabolik/respiratorik
e. Perubahan
fungsi jantung
f. Kegagalan
system multi organ
g. Jika
sudah ada perdarahan di otak maka bayi akan mengalami gejala neurologic seperti
: kejang, nigtagmus dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
Klasifikasi
Asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan
nilai APGAR menurut wiknjosastro (2007 : 249):
1 Asfiksia berat
dengan nilai APGAR 0-3
2 Asfiksia
ringan-sedang dengan nilai APGAR 4-6
3 Bayi normal (tidak
asfiksia)dengan nilai 7-10
Berdasarkan
waktu terjadinya asfiksia dibagi menjadi :
1 Asfiksia primer
: terjadi segera setelah bayi lahir.
2 Asfiksia
sekunder : terjadi beberapa saat setelah bayi lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar