Minggu, 16 Februari 2014

Makanan Hasil Rekayasa Genetika, Sehatkah?


          

     Rekayasa genetika telah diterapkan pada berbagai produk pangan baik dari hewani maupun nabati. Tujuan awal penggunaan rekayasa genetika pada sistem pangan adalah untuk menghasilkan pangan dengan varietas unggul. Beberapa tanaman seperti beras pandan wangi yang semula hanya dapat dipanen 8 bulan sekali bisa panen 4 bulan sekalisetelah direkayasa. Begitu pula dengan tanaman lain seperti kentang yang dilakukan rekayasa genetika dapat menghasilkan tanaman dengan ukuran lebih besar.
            Adanya penerapan rekayasa genetika pada tanaman maupun hewan tentu mengundang reaksi berbagai kalangan. Ada yang pro dan kontra. Mereka yang pro mengatakan bahwa rekayasa genetika digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dan belum ada bukti gangguan kesehatan secara spesifik yang diakibatkan oleh rekayasa genetika.
            Bagi yang tidak setuju mengklaim bahwa pangan hasil rekayasa genetika tentu akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Sebut saja domba dolly yang merupakan hasil cloning pertama itu menyebabkan sejumlah konsumennya menderita nyeri sendi akut. Dari situ sudah terlihat bahwa rekayasa genetika tidak tepat untuk diterapkan pada hasil pangan karena ada protein berbeda yang mungkin akan dilawan oleh sistem imunitas manusia.
            Adapun Majelis Ulama Indonesia sendiri tidak mengklaim haram pada semua hasil rekayasa genetika. MUI mengizinkan adanya pangan yang direkayasa asalkan bermanfaat bagi umat dan tidak menyebabkan bahaya. Bila ternyata hasil rekayasa tersebut menyebabkan dampak negatif berarti tidak diperbolehkan merujuk pada hukum asal makanan harus halal dan baik.
            Mengenai dampak negatif pada kesehatan tidak sepenuhnya dapat dibenarkan. Pada kenyataannya memang muncul masalah pada konsumen domba dolly, namun tidak ada masalah dengan konsumen makanan lain seperti beras pandan wangi dan produk kentang. Untuk itu, satu kejadian tentu tidak dapat menghasilkan kesimpulan bahwa semua berbahaya. Meskipun pada dasarnya segala yang alami tentu lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar