Batik jawa
dilukis dengan menggunakan canting yang berisi malam pada selembar kain,
kemudian dicelupkan ke dalam pewarna kain yang diinginkan. Kain yang dihasilkan
dari teknik ini disebut batik tulis.
Di Mesir pewarnaan kain dengan menggunakan
malam sudah dikenal sejak abad ke-4 SM untuk menggambar pola pada kain
pembungkus mumi. Selain mesir, beberapa negara seperti Jepang, India, dan China
juga menggunakan teknik tersebut untuk membuat pola pada kain.
Penggarapan
batik tulis memerlukan waktu sekitar 2-3 bulan. Teknik ini merupakan teknik
paling kuno diantara teknik pembuatan batik.
Teknik lain
yang lebih cepat adalah dengan mengecap kain menggunakan alat yang terbuat dari
tembaga. Pembuatan sehelai batik cap hanya memakan waktu 2-3 hari.
Ada teknik lain
yang kurang terkenal yaitu dengan melukis langsung diatas kain yang dikenal
dengan batik lukis. Dari ketiga jenis batik ini, batik tulislah yang paling
mahal karena melalui proses pembuatan yang rumit dengan kualitas hasil yang
lebih baik.
Motif dasar
batik Jawa adalah sulur tumbuhan dan
kembang-kembang. Kini, motif tersebut sudah banyak dipengaruhi oleh budaya
asing seperti China yang mengusung tema phoenik dan Belanda dengan tema
bunga tulip.
Motif batik modern ada 12, mulai dari batik keraton
hingga batik petani. Motif ini memiliki makna tertentu dan biasanya digunakan
dalam situasi yang berbeda. Batik keraton merupakan motif batik yang paling
kuno dan mengandung makna filosofi hidup. Motif batik ini hanya dikenakan oleh
keluarga keraton Yogyakarta dan Solo.
Motif batik
cuwiri menggunakan unsur meru dan guda. Batik cuwiri biasanya digunakan untuk
kemben pada upacara adat.
Motif lain yang
dipengaruhi budaya India adalah motif pringgondani yang bermakna tempat tinggal
Gatotkaca putra Werkudara. Batik jenis ini dipenuhi motif sulur-sulur kecil
yang diselingi dengan naga.
Sembilan motif
batik yang lain adalah sekar jagad, sida luhur, kawung, semen Rama, sida asih,
tambal, sida mukti, sudagaran, dan petani.
Pada tanggal 2
Oktober 2009, UNESCO meresmikan batik sebagai “Warisan Kemanusiaan Untuk Budaya
Lisan dan Non Bendawi” yang berasal dari Indonesia. Sejak saat itu, tanggal 2
Oktober diperingati sebagai hari batik nasional dan lebih dikenal oleh
masyarakat lokal dan internasional. Kini batik tidak hanya digunakan sebagai
busana saja, namun juga sebagai bahan tas, alas kursi, sarung bantal, selimut, tempat
pensil, dan lain-lain. Penggunaan batik secara meluas ini menggambarkan
kecintaan masyarakat terhadap budaya negeri. Memang sudah sepantasnya kita
lestarikan kebudayaan leluhur agar tidak punah dari peradaban. Setelah batik,
mungkin akan diakui pula kain lain dari tanah Toraja dan Bali sebagai aset
budaya Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar